Rabu, 30 April 2014

Jurnal Pendidikan PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL (IQ) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SMA NEGERI 05 MUKOMUKO



PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL (IQ) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SMA NEGERI 05 MUKOMUKO

                                                                              ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan intelektual (IQ) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 05 Mukomuko. Yang berlokasi di Jl. Pemuda , Komplek UNJ Rawamangun, dan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011.
Penelitian ini dengan metode korelasional, Populasi adalah seluruh siswa di SMA Negeri 05 Mukomuko, dengan populasi terjangkau siswa kelas XI IPS dengan jumlah 158 siswa, dengan mengambil sampel 110 responden.Instrument yang digunakan dalam bentuk kuesi oner, dalam bentuk 35 pernyataan untuk variable bebas Motivasi Belajar dan untuk data Kemampuan Intelektual (IQ) dan Hasil Belajar Akuntansi siswa di dapat langsung dari sekolah. Dalam variabel Motivasi Belajar dari 35 pernyataan yang diajukan terdapat 5 pernyataan yang dinyatakan tidak valid atau drop ( r hitung>r tabel). Hasil dari perhitungan variabel motivasi belajar memiliki reliabilitas sebesar 0,961. Hasil ini selanjutnya dinyatakan reliabel digunakan untuk mendapatkan data. Dari hasil penelitian dapat digambarkan pengaruh kemampuan intelektual dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Akuntansi menunjukkan hubungan positif yaitu terdapat pengaruh positif antara Kemampuan Intelektual siswa dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi.
Kata Kunci : Kemampuan Intelekual ( IQ ) , Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar Akuntansi


PENDAHULUAN
Setiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan setiap individu terbagi atas kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Paling pokok dan harus senantiasa terpenuhi adalah kebutuhan primer yang terdiri atas sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

Pendidikaan digolongkan kedalam kebutuhan primer karena pada dasarnya setiap individu itu perlu untuk belajar, karena dengan seseorang dapat membuka cakrawala dunia dan dapat menjawab rasa keinginantahuan terhadap sesuatu hal yang baru. Namun, setelah apa yang dipelajari diketahui, keingintahuan tersebut masih ada dan terus berkembang, sehingga belajar akan menjadi suatu kebutuhan psikologis seperti halnya kebutuhan akan kasih sayang dan hiburan. Karena belajar akan terus berlangsung sepanjang hayat.

Secara formal, kegiatan belajar berlangsung di sekolah dan setiap individu atau siswa diberikan materi disesuaikan dengan tingkat usia, lingkungan sosial budaya, serta kebijakan pemerintah. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan mengukur keberhasilan program pembelajaran, maka diadakanlah suatu evaluasi dimana nilai evaluasi inilah yang digambarkn sebagai hasil belajar siswa. Hasil belajar yang didapat setelah melalui evaluasi dinyatakan dalam bentuk angka, yang mencerminkan potensi siswa tersebut setelah melalui proses pembelajaran. Dalam pendidikan formal disekolah, prestasi dari hasil belajar siswa dianggap sebagai gambaran dari kecerdasan siswa tersebut. Walaupun dalam hal pemberian materi dan frekuensi belajar di sekolah itu sama besar, namun tidak semua siswa mendapatkan hasil sama setelah proses pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor secara khusus yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Diantaranya adalah kecerdasan siswa yang berbeda-beda dalam suatu kelas, motivasi belajar siswa, frekuensi belajar siswa dirumah, metode pengajaran oleh guru dalam kelas, sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran. Faktor yang pertama yaitu kecerdasan (inteligensi). 

 Kecerdasan atau inteligensi merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh, karena merupakan kapasitas berpikir seseorang yang kemudian menentukan cara berpikir seorang tersebut. Adanya suatu perbedaan kecepatan dan kesempurnaan seseorang dalam memecahkan masalah berbagai persoalan yang dihadapi, memperkuat pendapat bahwa inteligensi itu memang ada dan berbeda-beda pada setiap orang. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mepunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lainnya. Jika faktor lain itu bersifat menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan factorfaktor yang mempengaruhi hasil belajarnya. 

Selain dari kecerdasan dalam diri anak, faktor yang lain mempengaruhi hasil belajar adalah minat. Ketika seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu pelajaran, maka siswa tersebut akan memberikan perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran yang disukainya. Misalnya seorang siswa senang berhitung, maka pelajaran yang berhubungan dengan menghitung akan sangat menarik baginya, selanjutnya siswa tersebut akan mencari cara untuk dapat menguasai mata pelajaran tersebut. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan giat belajar. Sehingga bukan tidak mungkin siswa tersebut akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dalam mata pelajaran itu dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Motivasi juga sangat berpengaaruh terhadap hasil belajar siswa. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk mau belajar. Motivasi dapat berupa keinginan untuk menjadi juara kelas, keinginan untuk mendapat beasiswa, keinginan untuk membahagiakan orang tua dan lain sebagainya. Jika semua keinginan itu sangat kuat, otomatis akan membangkitkan tenaga yang luar biasa dalam diri untuk dapat mencapai keinginan tersebut. Motivasi belajar merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi aspek afektif. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru, karena semua itu untuk mencapai cita-citanya. Motivasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intern dari diri siswa saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern yaitu dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Perhatian orang tua terhadap anak akan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Motivasi dalam belajar menjadi sangat penting bagi siswa, dengan motivasi yang kuat, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajarnya, karena itu siswa akan berusaha untuk mencoba mengerjakan soalsoal latihan terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Sebalinya, seorang siswa yang tidak memiliki motivasi dalam dirinya, kecil kemungggkinan ia akan dapat berprestasi baik. Meskipun motivasi bernilai tinggi namun masih ada siswa yang berperstasi rendah hal ini mungkin dikarenakan faktor lain. Faktor lainnyaa adalah frekuensi belajar dirumah, seberapa sering siswa mengulang pelajaran yang telah diberikan di sekolah juga turut menentukan hasil belajar siswa tersebut, karena semakin sering ia mengulang pelajaran maka ia akan semakin paham dengan materi yang telah diajarkan. Sehingga ketika dilaksanakan ujian, akan dengan mudah siswa menjawab pertanyaan. Sebaliknya siswa yang jarang mengulang pelajaran, tentu akan merasa kesulitan dalam memahami pelajaran, apalagi jika siswa tersebut tidak pernah belajar di rumah. Hal ini tentu akan membuatnya tidak dapat berprestasi dengan baik. Beberapa faktor dari luar yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa pertama adalah orang tua. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap hasil belajar anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap hasil belajar anaknya, tidak memperrhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mahu tahu bagaimana kemajuan anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukarankesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan-ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Perlu diperhatikan juga adalah kegiatan siswa dalam masyarakat atau organisasi. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam masyarakat terlalu bany ak, misalnya berorganisasi atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang terlalu banyak, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat atau berorganisasi supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang mencakup berbagai kemampuan dan keterampilan dalam berperilaku dan pemahaman terhadap transaksi keuangan lembaga ekonomi. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan dan apresiasi guru. Guru Akuntansi perlu memahami misi kurikulum, perspektif dan pendekatan masingmasing satuan kompetensi dasar yang harus dicapai. Oleh karenanya, pembelajaran mata pelajaran Akuntansi memberikan keluasan guru untuk mengelola pembelajaran sesuai dengan potensi daerah, kondisi sekolah dan mendorong siswa untuk lebih memanfaatkan sumber- sumber belajar yang ada di sekolah dan lingkungannya. Agar pembelajaran lebih bermakna, maka organisasi penyajian dimulai dari penguasaan pengertian dasar akuntansi sampai pada penerapannya dan penafsirannya terhadap hasil maupun proses. Penilaian hendaknya tidak hanya dilakukan sesaat, akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Di samping itu penilaian bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai siswa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mepunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Pembahasan materi dalam mata pelajaran akuntansi harus dilakukan melalui pendekatan pembelajaran secara tuntas, karena mata pelajaran akuntansi merupakan suatu siklus sehingga keterampilan yang satu berkaitan dengan keterampilan yang lainnya dan lebih mengutamakan target pencapaian yang dialami langsung siswanya. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mencari tahu apakah ada pengaruh inteligensi yang dimiliki siswa (IQ) dalam menerima dan mengikuti mata pelajaran akuntansi dan seberapa besar motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Atas Negeri 05 Mukomuko .
Berdasarkan latar belakang permsalahan di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. “Apakah terdapat pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi? ”
2 Apakah terdapat pengaruh Motivai Belajar terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi?”
3. “Apakah terdapat pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi?”

KAJIAN TEORI
Kemampuan Intelektual (IQ)
Kecakapan anak didik dapat diperhatikan dari cara hidup dan berinteraksi didalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan demi kelestarian pertumbuhannya, tetapi juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalaman. Super & Cites mengemukakan
definisi yang sering dipakai sementara oleh banyak orang sebagai berikut: “intelligence has frequently been defined as the ability to adjust to the environment or to learn from experience” (inteligensi telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman). Definisi lain tentang inteligensi dikemukakan oleh Bischof, seorang psikolog Amerika (1954) dengan artian lebih luwes, namun bersifat operasional dan fungsionall bagi kehidupan manusia sehari-hari. Ia mendefinisikan, “intelligence is the ability to solve problems of all kinds” (inteligensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah). Dalam konteks subyek inteligensi khusus pada anak didik di sekolah, maka dengan rumusan definisi yang berbeda namun pengertiannya sama dengan dikemukakan Bischof, Heidenrich (1970) mengemukakan sebagai berikut: “intelligence refers to the ability to learn and utilitize what has been learned in adjusting to unfamiliar situations, or in the solving of problems” (inteligensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yangkurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah). Manusia yang belajar sering menghadapi situasisituasi baru serta permasalahan dalam pembelajaran yang dialami. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar menyesuaikan diri untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Dari ketiga definisi di atas dapat dipahami meskipun rumusnya berbeda-beda, namun mengandung isi dan pengertian yang sama dalam arti tidak bertentangan. Dalam definisi tersebut secara implicit diartikan inteligensi merupakan kemampuan problem solving” dalam segala situasi yang baru atau yang mengandung maslaah, khususnya dalam masalah belajar pada siswa sebagai peserta didik. Walter B. Kolesnik dalam Djamarah mengatakan bahwa “ in most cases there is a fairly high correlation between one’s IQ, the higher grades he receives8(Terdapat korelasi yang tinggi antara IQ dengan prestasi yang ia dapatkan. Dimana IQ memuiliki korelasi terhadap daya tangkap seseorang, sehingga benar yang dikatakan oleh para ahli diatas semakin tinggi IQ anak didik maka akan semakin mudah ia menerima dan mengerti materi pelajaran sehingga akan dipastikan ia mendapatkan prestasi yang baik pula. “Intelligence Quotient atau sering di singkat IQ merupakan suatu nilai yang menggambarkan mengenai, seberapakah tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan orang lain”. Setiap tahun sekolah menengahh pertama dan sekolah menengah atas selalu menyaring calon anak didik dengan berbagai kriteria dari nilai hasil ujian dan raport untuk dapat mengetahui apakah anak tersebut memiliki prestasi belajar yang baik dan dapat melanjutkan sekolah dengan terus berprestasi, dimana secara eksplisit setiap sekolah ingin mendapatkan anak-anak yang
cerdas dan memiliki kompetensi tinggi. Maka dari itu kebanyakan anak didik yang telah diterima tiap tahun ajaran baru selalu diberikan tes kecerdasan pada semester awal untuk dapat mengetahui bagaimana kecerdasan dan cara mendidik para siswa, maka sebelum penjurusan pada tingkat sekolah menengah atas umumnya dilakukan tes kecerdasan atau inteligensi (tes-IQ), “ Hasil tes inteligensi dinyatakan dalam angka, yang menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan. Dari hasil pengolahan tersebut maka akan diberikan dalam bentuk sebuah laporan pribadi yang bersifat rahasaia yang ditujukan pada masingmasing siswa, maka hasilnya merupakan menunjukkan tentang nilai kecerdasan berupa angka, kecerdasan, serta panduan bakat dan minat yang dapat dijadikan patokan untuk pribadi para siswa dalam mengenal lingkungan dan cara-cara memecahkan masalah yang dihadapinya termasuk dalam belajar dan bersosialisasi. Willian Stem seorang psikolog Jerman, menyempurnakan tes inteligensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah yang sangat popular hingga sekarang, yaitu Intelligence Quotient (IQ). IQ menggambarkan inteligensi sebagai rasio antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA),
dengan rumus :
IQ = MA X 100
CA
Keterangan :
MA : mental age (usia mental)
CA : chronological age (usia kronologis)
100 : angka konstan untuk menghindari bilangan desimal
IQ dapat diukur dengan beberapa cara dan hasilnya akan menentukan nilai yang akan di dapat yaitu dari skor terendah sampai tertinggi, umumya tes inteligensi diukur dilihat dari usia mental siswa dan usia kronologisnya. Dengan demikian akan dapat diketahui seseorang siswa mendapatkan skor berapa dan juga bisa digunakan acuan sekolah dengan menggunakan rata-rata IQ siswa. Sehingga Hasil tes inteligensi tersebut dapat dipergunakan dan di analisis untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Dengan uraian dan teori-teori yang telah dipaparkn di atas, tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka akan semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses belajar.


Konsep Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” , maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak, hal
tersebut serupa dengan pengertian motif menurut Ngalin Purwanto yang mengutip pendapat pendapat Sartain adalah ‘suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang”11. Mengungkap lebih lengkap lagi pemahaman dari Hamzah B.Uno yang mengutip pendapat dari Robert C.Beck, “motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku”. Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Sardiman, “ Motivasi adalah perubaan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan “13. Dimana dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut: 1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi misalnya karena terjadi
perubahan organisme manusia dalam pencernaan maka timbul motif lapar.
2) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula- mula berupa ketegangan psikologis yang berubah menjadi emosi, misalnya dalam suasana diskusi untuk mengemukakan pendapat pribadi.
3) Motivasi ditandai oleh reaksireaksi mencapai tujuan. Reaksi atau respon yang dikeluarkan merupakan upaya mengurangi ketegangan dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dalam mendapat nilai yang baik seorang pelajar banyak membaca buku dan bertanya dalam pelajaran sekolah. Duncan, seorang ahli administrasi mengemukakan bahwa di dalam konsep manajemen, “motivasi berarti setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untukmencapai tujuan organisasi”. Senada dengan pernyataan motivasi tersebut, masih dalam buku Purwanto menurut John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa “ motivasi mencakup didalamnya arah dan tujuan tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigihan tingkah laku”. Di samping itu, istilah itu pun mencakup sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan, ganjaran penguatan, ketetapan tujuan, harapan, dan sebagainya.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan kemampuan luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis, komponen luar adalah keinginan ndan tujuan yang mengarahkan perbuatan seseorang. Komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai. Menurut sifatnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak akan menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan, sehingga dapat dikatakan motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. Demikian pula pendapat yang dikemukakan oleh Wlodkowski (1985) bahwa, “motivasi yang dimiliki dan dibawa individu ke dalam lingkungan belajar berpengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana mereka belajar “Motivasi sangat berfungsi guna menumbuhkan kemauan dan semangat belajar siswa. Menurut Sardiman fungsi dari motivasi adalah :
1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan- perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai

Konsep Hasil Belajar
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Anak-anak disuruh mempelajari berbagai macam mata pelajaran yang memberinya berbagai pengetahuan yang menjadi miliknya. Pendapat lain yang lebih terkenal tentang belajar sebagai perubahan kelakuan atau “change of behavior” di berikan oleh Ernest R. Hilgard, sebagai berikut:” “Learning is the process, by which an activity originates or changed through htraining procedures (Whether in the environment) as distinguishe from changes by factors not attributable to training (yang artinya belajar adalah sebuah proses yang berasal dari kegiatan atau perubahan tingkah laku latihan)” . Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi Sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut: (a) persiapan untuk belajar, (b) perolehan dan untuk perbuatan (performansi), dan (c) alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sendi semantic, pembangkitkan kembali dan respon, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan pemberlakuan secara umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran. James O. Whittaker, misalnya merumuskan “belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman”. Dimana pendapat tersebut di dukung pula dengan penguatan Slameto tentang definisinya bahwa “belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dalam pengertian ini dapat dipahami belajar merupakan interaksi siswa dengan lingkungannya yang secara khusus adalah lingkungan yang menjadi tempat untuk siswa belajar sehingga terjadi proses mengamati dan mengambil manfaat yang baik untuk dapat diserap dan dijadikan tambahan pengetahuan untuk dirinya.
Menurut Cronbach tentang belajar, “Learning is shown by a change in behavior as result of experience”(belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman) 37. Belajar juga didefinisikan oleh Harold Speech yakni, “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”(perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya).


METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan intelektual siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran Akuntansi.
2) Untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.
3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inteligensi dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 05 Mukomuko.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan metode survey dengan pendekatan korelasional menggunakan data ex post facto. Metode survei adalah “Penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keteranagan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah”. Sedangkan pendekatan korelasional adalah “Pendekatan yang digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat”. Lalu yang dimaksud dengan Ex Post Facto merupakan pencarian empirik yang sistematik di mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau karena sifatnya yang tidak dapat dimanipulasi”. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yakni ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas, Inteligensi dan Motivasi Belajar sebagai variabel yang mempengaruhi dan diberi simbol X1 dan X2 pada siswa, sedangkan variabel terikat yakni Hasil Belajar yang dipengaruhi dan diberi simbol Y pada siswa. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, digunakan angket kuesioner untuk data Motivasi Belajar Siswa dan mengambil data dokumentasi tentang Inteligensi siswa, serta hasil belajar untuk mata pelajaran Akuntansi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri 05 Mukomuko sebanyak 758 siswa. Dan populasi terjangkaunya yang diambil adalah
siswa kelas XI Jurusan IPS ada 4 kelas. Dari kelas XI IPS 1 sampai XI IPS 4 , sebanyak 158 siswa Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proporsional
random sampling yaitu sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang ada dan diwakili sesuai dengan perbandingan (proporsi) frekuensinya di dalam populasi keseluruhan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Persyaratan Analisis
Uji Normalitas
Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov- Smirnov dengan tingkat signifikasi ( α ) = 5% atau 0,05 . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika Signifikansi <0 berdistribusi="" data="" hasil="" i="" maka="" normal.="" normalitas="" output="" perhitungan="" tidak="" uji="">Kolmogorov-Smirrnov
data Kinerja (Y), IQ (X1), dan Motivasi Belajar (X2) menggunakan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:
Uji Normalitas Data
Hasil dari Kolmogorov-Smirnov untuk nilai signifikansi IQ (X1) 0,076, motivasi (X2) 0,798 dan hasil belajar (X3) 0,091. Ini berarti nilai Sig > dari nilai α yaitu 0.05. Hal ini terlihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Jadi,dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian baik variabel X1 (Kemampuan Intelektual), X2 (Motivasi Belajar), dan Y (Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi) dikatakan berdistribusi normal. Dengan demikian data dalam penelitian ini dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan linear diantara variabel-variabel independen dalam model regresi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas pada suatu model adalah dengan melihat nilai TOL dan VIF dari table Coefficients. Agar dapat dikatakan
bebas dari multikolinieritas, nilai TOL harus bernilai > 0.10 dan VIF harus bernilai < 10. Jika hasilnya tidak memenuhi kriteria tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa di dalam data yang tersebut terdapat gejala multikolinieritas. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai TOL dan nilai VIF untuk Kemampuan Intelektual (IQ) adalah 0.961 dan 1.040, dan untuk Motivasi adalah 0.961 dan 1.040 Dari hasil tersebut terlihat bahwa hasil pengolahan data SPSS 16.0 tergolong pada kriteria bebas dari gejala multikolinieritas. Sebab hasil untuk keseluruhan variabel memiliki nilai TOL > 0.10 dan nilai VIF <10 .="" 16.0="" ada="" adalah="" atau="" autokorelasi="" bahwa="" cara="" dan="" dapat="" dari="" data="" dengan="" dilakukan="" dilihat="" diperoleh="" dl="" du="" durbin-watson.="" durbin-watson="" dw="" dwhitung="" hasil="" kolom="" low="" melakukan="" mencatat="" mengetahui="" menggunakan="" model="" nilai="" pada="" pengolahan="" pengujian="" regresi="" span="" spss="" statistic="" summary="" tabel="" table="" tersebut="" tidaknya="" uji="" up="">
adalah sebesar 2.081. Untuk DW tabel, berdasarkan ά = 5%, k = 2, dan n = 110, di dapat nilai dL = 1.6523 dan dU = 1.7262. sehingga data tersebut tidak terkena autokorelasi 2 < 2,081 < 2,2738 (2 < dw hitung < (4- dU tabel ) dan pengolahan data
dapat diterima dan bisa dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Untuk mendeteksi ada tidaknya dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak jadi masalah heteroskedastisit.

Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah terpenuhinya pengujian asumsi klasik, maka pengelolaan data akan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pada penelitian ini, hipotesis akan dikembangkan dengan metode analisis regresi dengan menggunakan program SPPS.

Uji Hipotesisi I : Terdapat Pengaruh Positif antara X1 dan Y Uji Koefisien Parsial
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kemampuan Intelektual (IQ) terhadap variabel terikat yaitu Hasil Belajar, yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan tingkat kepercayaan 5%. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji F untuk persamaan regresi dalam penelitian ini Uji F atau koefisien yaitu untuk mengetahui pengaruh variable independen secara terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.
1) Berdasarkan tabel di atas Fhitung sebesar 44.064 F kritis dapat dicari pada tabel statistic Distribusi F dengan probabilita 0.05. df1 = k-1 atau 2-1 = 1, dan df2 = n-k atau 110-2 = 108. Di dapat F tabel 3.93
2) Dapat diketahui bahwa F hitung (44.064) > F tabel (3.93) jadi hipotesis Ho ditolak, jadi kesimpulannya yaitu Kemampuan Intelektual (IQ) mempengaruhi Hasil Belajar Akuntansi siswa.

Analisis Regresi X1 (Kemampuan Intelektual) Terhadap Y (Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi)
Tabel IV Koefisien Regresi Linear Nilai – nilai koefisien dapat dilihatbpada tabel di atas sehingga dapat diperoleh persamaan linearnya adalah sebagai berikut : Y = 34.247 + 0.367 X1 Pada tabel koefisien di atas, nilai konstanta (α) sebesar 34.247, artinya jika Kemampuan Intelektual (IQ) nilainya 0, maka Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi nilainya positif 34.247. Nilai koefisien (b1) sebesar 0.367, artinya jika kemampuan Intelektual (IQ) ditingkatkan sebesar 1, maka Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi akan meningkat sebesar 0.367. Ini berarti bahwa variable Kemampuan Intelektual (IQ) mempengaruhi variabel Y ( Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Akuntansi) atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara Kemampuan Intelektual (IQ) dengan Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi

Uji Hipotesis 2 : Terdapat Pengaruh positif antara X2 dan Y Uji Koefisien Regresi Parsial
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Motivasi Belajar terhadap variable terikat yaitu Hasil Belajar, yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan tingkat kepercayaan 5%. Tabel IV.13 menunjukkan hasil uji F untuk persamaan regresi dalam penelitian ini Uji F atau koefisien yaitu untuk mengetahui pengaruh variable independen secara terhadap variable dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Di bawah ini adalah hasil perhitungan uji F dengan menggunakan SPSS 16.0, yaitu sebagai berikut :
1) Berda sarkan tabel di atas Fhitung sebesar 19.113 F kritis dapat dicari pada tabel statistic Distribusi F dengan probabilita 0.05. df1 = k- 1 atau 2-1 = 1, dan df2 = n-k atau 110-2 = 108. Di dapat F tabel 3.93
2). Dapat diketahui bahwa F hitung (19.113) > F tabel (3.93) jadi hipotesis Ho ditolak, jadi kesimpulannya yaitu Motivasi Belajar mempengaruhi Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi
2). Analisis Regresi X2 ( Motivasi) terhadap Y ( Hasil Belajar s iswa pada mata pelajaran Akuntansi Nilai-nilai koefisien dapat dilihat pada tabel di atas sehingga dapat diperoleh persamaan linearnya sebagai berikut : Y = 52.292 + 0.210 X2 Pada tabel koefisien di atas, nilai konstanta (α) sebesar 52.292, artinya jika Motivasi Belajar nilainya 0, maka
Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi nilainya positif 52.292. Nilai koefisien ( b2) sebesar 0.210, artinya jika Motivasi Belajar ditingkatkan sebesar 1, maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi akan meningkat sebesar 0.210. Ini berarti bahwa variable Motivasi Belajar berpengaruh terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara Motivasi Belajar siswa dengan Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.

Uji Hipotesis 3 : Terdapat Pengaruh secara bersama-sama antara X1 dan X2 terhadap Y Uji Koefisien Regresi Simultan
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bersama-sama variabel bebas yang terdiri dari Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar terhadap variabel terikat yaitu Hasil Belajar, yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan tingkat kepercayaan 5%. Tabel IV.15 menunjukkan hasil uji F untuk persamaan regresi dalam penelitian ini Uji F atau koefisien yaitu untuk mengetahui pengaruh variable independen secara terhadap variable dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Di bawah ini adalah hasil perhitungan uji F dengan menggunakan SPSS, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan tabel di atas Fhitung sebesar 31.745. F kritis dapat dicari pada tabel statistic Distribusi F dengan untuk probabilita 0.05. df1 = k-1 atau 3-1 = 2, dan df2 = n-k atau 110-3= 107. Di dapat F tabel 3.08. Dapat diketahui bahwa F hitung (31.745) > F tabel (3.08) jadi hipotesis Ho ditolak, jadi kesimpulannya yaitu Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar secara bersama-sama mempengaruhi Hasil Belajar Akuntansi siswa.

Analisis Regresi Berganda
Pada penelitian ini, hipotesis akan dikembangkan dengan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0. Nilai-nilai koefisien dapat dilihat pada tabel di atas sehingga dapat diperoleh persamaan linearnya sebagai berikut : Y = α + βX1 +β X2 Y=20,898+0,328X1+0,159X2 Pada tabel koefisien di atas, nilai konstanta (α ) sebesar 20.898, artinya jika IQ nilainya 0, maka Hasil Belajar mata pelajaran Akuntansi nilainya positif 20.898. Nilai koefisien (b1) sebesar 0.328, artinya jika IQ
ditingkatkan sebesar 1, maka Hasil Belajar mata pelajaran Akuntansi akan meningkat sebesar 0.328, Nilai koefisien (b2) sebesar 0.159 , artinya jika Motivasi ditingkatkan sebesar 1, maka Hasil Belajar pada mata pelajaran akuntansi akan meningkat sebesar 0.159 atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.

Koefisien determinasi
Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu model menerangkan variasi variable dependen. Dari Tabel di atas Summary di atas dapat diketahui nilai R2 adalah 0,372. Jadi kemampuan dari variable Kemampuan Intelektual (IQ) dan Variabel Motivasi Belajar untuk menjelaskan Hasil Belajar Akuntansi secara simultan yaitu 37.2% sedangkan sisanya sebesar 62.8% ( 100%-37.2%) dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian berarti Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain bukan dipengaruhi oleh Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar siswa.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian regresi berganda pengaruh IQ terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Akuntansi yang di buat koefisien regresi menghasilkan koefisien determinasi dengan R2 sebesar 0.372 yang artinya bahwa kemampuan IQ dalam menjelaskan dari variabel Hasil Belajar Akuntansi adalah sebsar 37.2% sedangkan 62.8% (100%-37.2%) sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji F kedua variable bebas (kemampuan Intelektual dan Motivasi Belajar) secara serentak memiliki pengaruh terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi yang dilihat dari F hitung (31.745 ) > F tabel ( 3.081 ). Lalu secara parsial variabel Kemampuan Intelektual (IQ) yang memiliki t hitung = 6.153 dan Motivasi Belajar dengan t hitung = 3.753 dimana secara terpisah menyatakan signifikansinya ( t hitung >t tabel ) dengan t tabel sebesar 1.98 artinya masing-masing variabel bebas Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat ( Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Adanya pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Berdasarkan hasil pengujian F tersebut menunjukkan variabel Kemampuan Intelektual (IQ) koefisien uji Fhitung = 44.064, dan F tabel dapat dicari pada statistik pada probabilita 0.05 dengan df1 = k-1 atau 2-1=1 dan df2 = n-k = 110-2 = 108 .Didapat F tabel adalah 3.93. Dapat diketahui bahwa F hitung (44.064) > F tabel (3.93). Jadi, hipotesis Ho ditolak ini berarti Kemampuan Intelektual (IQ) mempunyai pengaruh terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi signifikan atau terdapat pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi
b. Adanya pengaruh dari Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar siswa padaa mata pelajaran Akuntansi. Dari hasil koefisien uji F Motivasi Belajar adalah 19.113, dan F tabelnya dapat dicari pda tabel statistic pada signifikansi dengan df1= k-1 atau 2-1 dan df2 = n-k = 110-2 =108. Didapat F kritis adalah 3.93. Dapat diketahui bahwa F hitung (19.113) > F tabel ( 3.93). Ini berarti pengaruh nilai Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi signifikan atau ada pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi dan hipotesis Ho ditolak.
c. Adanya pengaruh dari Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Yang dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji F kedua variable bebas (kemampuan Intelektual dan Motivasi Belajar) secara serentak memiliki pengaruh terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi yang dilihat dari Fhitung (31.745 ) > Ftabel (3.081 ). Lalu secara parsial variabel Kemampuan Intelektual (IQ) yang memiliki t hitung = 6.153 dan Motivasi Belajar dengan t hitung = 3.753 dimana secara terpisah menyatakan signifikansinya ( t hitung > t tabel ) dengan t tabel sebesar 1.98 artinya masing-masing variabel bebas Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat ( Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi).

Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang dikemukakan di atas, saran- saran yang dapat diberikan peneliti adalah :
1. Guru- guru mata pelajaran Akuntansi beserta guru BK dapat merembukkan tentang perencanaan pegajaran yang dapat secara konkret menimbulkan motivasi atau
semangat siswa dalam belajar Akuntansi dikelas.
2. Hendaknya guru-guru Akuntansi dapat melakukan kerjasama dengan guru bagian Bimbingan Konseling (BK) yang lebih banyak mengetahui, tentang psikologi tiap siswa dengan memperhatikan hasil tes IQ dari tiap anak untuk dapat disesuaikan dengan membuat perencanaan mengajar yang baik.
3. Hendaknya pihak guru dan Bimbingan Konseling dapat memberi masukan bagi orang tua siswa agar lebih memperhatikan perkembangan anak- anaknya. Karena jika anak hanya diberi materi berlimpah tanpa perhatian yang cukup dari pihak orang tua maka semua akan kurang bermakna bagi perkembangan pendidikan anak tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran .Jakarta: PT Rineka Cipta.2002
Djamarah, Syaiful Bahri . Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002
Gulo. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo , 2002
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara,2008
Hamalik, Oemar. Belajar dan
Pembelajaran . Jakarta : Bumi Aksara,2008
Hartono. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogya: Pustaka Pelajar,2008
Hartono, H.Sunarto dan B.Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta, 2010
B.Uno, Hamzah. Teori Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara , 2011
Mustofa, Bisni. Tes Kepribadian. Yogyakarta : Cahaya Ilmu, 2009
Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.2003
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum.
Jakarta : Bumi Aksara, 2008
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta : Pustaka Belajar, 2008
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2008
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005
Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Bumi Aksara,2003
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan Jakarta: PT.Rineka Cipta,2006
Sudjana. Metodologi Statistika. Bandung : Transito , 2005
Sugiyono. Metodologi Penelitian. Bandung : Alfabeta ,2002




Terimakasih....
semoga artikel ini bermanfaat untuk para-para pengunjung
jangan lupa berkunjung kembali OK...........
Baca juga Motivasi untuk pencerahan dan jangan lupa LIKE nya....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar